Selasa, 17 Desember 2019

RANDU, RIMBA DAN LINTANG









 Randu, Rimba dan Lintang

**
Dua remaja putri sedang berdiri di tangga pertama Tembok China, sebelum melangkahkan kaki menuju tangga berikutnya mereka berhenti karena rasa kagum yang luar biasa, ratusan orang yang mungkin sedang melakukan pendakian tak begitu menarik perhatian kedua gadis itu.
“Coba kamu perhatikan.” Ujar gadis yang berambut panjang dan lurus. “Tempat yang kita injak ini, konon katanya dibangun pada masa dinasti Ming, melewati sembilan provinsi dan panjangnya sekitar 7.300 kilometer.” Tambahnya masih dengan rasa kekaguman tinggi.
“Wow, berarti butuh waktu setahun jalan kaki untuk mencapai ujungnya? Yang benar saja, habis ini kan kita mau jalan-jalan ke tempat lain.” Sahut gadis yang berambut sebahu. Mereka bertatapan sejenak seolah tidak akan mungkin menghabiskan masa liburan mereka di tempat itu. Akhirnya gadis yang berambut panjang menggelengkan kepala dengan pasti.
“Tentu saja tidak.”             
“Ya.” ‘karena habis ini kita akan mengunjungi kota Florence’ sambung gadis berambut sebahu itu di dalam hati karena bagaimanapun juga ia ingin mewujudkan impian kedua orang tuanya yang sudah tiada.
“Oke, kita jalan lagi.” Kata gadis feminin itu dengan badan dibalut jaket tebal sedang gadis yang disebelahnya hanya mengenakan jaket seadanya, scarf terpasang dengan kuat di lehernya yang jenjang dan sepatu kulit teplek. Kedua gadis itu kembali menaiki tangga Tembok China yang menjadi salah satu keajaiban dunia. “Kamu tahu berapa tinggi Tembok ini? katanya sih tidak kurang dari sepuluh meter dan luas jalan yang kita lewati ini lebarnya diperkirankan sekitar lima meter.” Tutur gadis feminin itu saat mereka menaiki tangga satu demi satu dan tak lupa menyaksikan pemandangan Tembok China yang berliku-liku memanjang dan menyusuri puncak pegunungan, kedua gadis itu tak henti-hentinya menganggumi kehebatan orang-orang dulu. Di zaman ini kita boleh bangga dengan temuan teknologi yang semakin maju tapi orang dulu membuat bangunan sangat kuat dan tidak akan runtuh dalam ribuan tahun, luar biasa!
 “Kamu itu seperti pemandu wisata saja, semua ukuran bangunan dan sejarahnya kamu hafal, memangnya waktu di Paris apa yang kamu pelajari?” goda sahabatnya meski begitu ia bangga punya sahabat yang serba tahu.
“Belajar semua hal, termasuk memahami kekerasan kepala kamu.” Ia melirik sahabatnya sejenak. Yang dilirik langsung protes.


---

Korea Selatan,
          Randu dan Rimba mendarat di Bandara Incheon Korea Selatan, dan sebelum keluar dari bandara kedua gadis itu harus menyerahkan sidik jari telunjuk dan foto sebab negara Korea telah menetapkan akan mendaftar sidik jari seluruh wisatawan dewasa sejak tahun 2012 guna untuk memperketat pemeriksaan imigrasi dan mencegah kriminal masuk. Keren! Tapi yang tinggal lebih dari tiga bulan harus menyediakan sidik jari penuh.
           Di depan mereka disambut oleh salah satu warga Korea yang ramah. “Hankuke osin gosel hwanyonghamnida.” Katanya dengan sangat ramah. “Yogi bangmun sarang baramnida. Nanen dangsinel wihe muosel halsu issemnika?”
           Dijawab Randu dengan ramah juga. “Kamsahamnida, wimang. “Uri hankukeso kajangaremdaun jangsurel pyosi hal su issemnika?”
           “Daegu Tower.” Jawab pria itu dengan cepat membuat Randu terperangah hingga langsung menoleh pada Rimba yang berdiri di sampingnya. “Aneh ini orang, kita sudah ada di sini tapi dia malah merekomdasikan ke Daegu Tower.” Ucap Randu  sedang Rimba hanya mengangkat bahu tanda tidak paham karena yang ia tahu Daegu Tower itu adanya di kota Daegu yang lumayan jauh dari tempat mereka saat ini seharurnya pria itu mengatakan Seoul Tower pikir Randu namun demikian ia tidak ingin terlihat aneh di mata orang itu dengan menjawab.
           “Oke, urinen Daegu Tower, kalsu issemnika.” Jawab Randu kemudian dan sepertinya pria itu terlihat baru menyadari jawabanya yang ia beri pada Randu tapi ia tidak meralatnya lagi.
           Pria itu malah bicara lagi. “I sane wichihagoeru Daegu Tower aremdawo.” Katanya dengan nada pasti membuat Randu hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Nanen Indonesia yosongel sarangheyo.”
           “Dangsinen alguisso, siriol hankuk Indonesia gyochigel gyongu.?” Kata Randu dan pria itu hanya melongo seakan tidak percaya lalu ia tersenyum seolah  bangga meski masih terlihat tidak percaya. (4)
>>>>>>>>>>>>...............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RANDU, RIMBA DAN LINTANG

 Randu, Rimba dan Lintang ** Dua remaja putri sedang berdiri di tangga pertama Tembok China, sebelum melangkahka...